Hari-harinya diisi dengan perjuangan, tak ada keluh tak ada kesah dalam hati para mujahidin dan mujahiddah Palestina adalah ikhlas jihad fisabilillah. Melawan manusia-manusia yang cerdas, pandai, kuat, pintar serta jenius namun angkuh dan sombong yakni zionis Israel. Mereka ikhlas dengan keadaan, putus asa tak ada dalam kamus hidup mereka. Yang ada hanyalah mengharapkan keridho’an Allah SWT dengan berjihad di-Jalan-Nya. Bagi mereka cara berjihad yang harus dilakukan sekarang ini adalah dengan melawan secara fisik. Mereka ditembaki, di hujani BOM, dan dibunuh. Maka tidak ada kata lain perlawanan dilakukan dengan jihad berperang secara fisik terhadap zionis. Berperang secara fisik, mungkin yang terbayang dalam benak kita adalah adanya dua kubu yang berhadapan dengan masing-masing membawa persenjataan lengkap. Namun tidak untuk hal ini. Para mujahidin dan mujahiddah berperang dengan senjata seadanya. Batu dan kerikil, itulah yang mereka jadikan senjata untuk melawan para zionis. Tidak adil memang jika melihat para tentara zionis Israel yang memiliki persenjataan modern yang lengkap dan canggih. Namun batu-batu itu laksana peluru yang berterbangan disertai teriakan Takbir membuat sebuah batu dan kerkil menjadi senjata utama bagi mereka. Namun zionis dengan persenjataannya yang canggih itu tidak akan mampu merubah akidah orang-orang yang bersih dan lurus seperti para mujahidin dan mujahidah Palestina. Di balik kekuatan senjata perang zionis yang mumpuni, sebenarnya mereka sangat ketakutan. Zionis sangat takut dengan muslim yang lebih menginginkan syahid ketimbang menginginkan jadi pejabat atau presiden. Muslim yang lebih mencintai saudara-saudaranya yang jujur dan lurus ketimbang orang-orang yang tidak jelas akidahnya. Seberapa besar pun zionis memiliki kekuatan hebat dan dahsyat. Namun sesungguhnya mereka tahu (dan juga sangat takut) bahwa di hari akhir nanti umat Islam akan memerangi mereka Bahkan seluruh alam akan memerangi mereka, sehingga batu pun bicara untuk menunjuki tempat persembunyian mereka.