Minggu, 12 Agustus 2012

Sunnah-Sunnah Puasa

Sunnah-Sunnah Puasa

1. Makan sahur
    Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw berikut ini:
“Rasulullah saw bersabda: "Sahurlah kalian, karena dalam sahur itu terdapat keberkahan" (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda: "Yang membedakan puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur" (HR. Muslim).
Dalam beberapa hadits lain rasulullah menganjurkan kita untuk sahur meskipun hanya dengan seteguk air. Dan sebaik-baiknya makanan sahur bagi kaum muslimin itu adalah kurma.

2. Mengakhirkan waktu sahur
 Sahur sebaiknya dilakukan diakhirkan (menjelang waktu subuh, terbit fajar), karena mengakhirkan waktu sahur termasuk amalan sunnah sebagaimana disebutkan dalam hadits:  “ Zaid bin Tsabit berkata: "Kami melakukan sahur bersama Rasulullah saw, kemudian beliau
berdiri untuk melakukan shalat. Saya bertanya: "Berapa jarak waktu antara adzan dan sahur tersebut?" Ia menjawab: "Kira-kira sama dengan waktu membaca lima puluh ayat" (HR.Bukhari dan Muslim).

Apabila kita sedang makan sahur tiba-tiba terdengar suara adzan subuh, maka kita di perbolehkan untuk menghabiskan makanan sahur kita.
Rasulullah saw bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian mendengar adzan (maksudnya adzan Shubuh), sementara tangannya masih memegang piring (maksudnya masih makan sahur), maka janganlah meletakkan piring tersebut sehingga ia menghabiskannya" (HR. Abu Dawud dan Hakim).
Meski demikian, tentu agar lebih hati-hati (ikhtiyat), sebaiknya sahur tersebut sudah selesai sebelum adzan Shubuh tiba. 

3. Menyegerakan berbuka
Rasulullah saw bersabda: "Orang-orang akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka bersegera dalam berbuka (berbuka puasa)" (HR. Bukhari Muslim). 

4. Berbuka dengan kurma atau air
Artinya: Anas berkata: "Rasulullah saw apabila berbuka puasa beliau memakan beberapa biji ruthab  (kurma basah, masih muda, biasanya masih berwarna merah) terlebih dahulu sebelum melakukan shalat. Apabila tidak ada ruthab, beliau makan  tamar (kurma yang sudah dipendam dan dimasakkan biasanya berwarna hitam). Apabila tidak ada juga, beliau berbuka dengan satu teguk air minum" (HR. Abu Dawud dan haditsnya Hasan). 

5. Berdoa ketika berbuka puasa
Artinya: "Ibnu Umar berkata: "Rasulullah saw apabila beliau berbuka puasa, beliau membaca doa: "Dzahabad dhama'u wabtallatil 'uruuqu wa tsabatal ajru insya Allah (Ya Allah, telah hilang rasa dahaga, telah basah tenggorokan, telah didapatkan pahala, insya Allah" (HR. Abu Dawud dan hadits tersebut Hasan).



Golongan Yang Harus (Dibenarkan) Berbuka Puasa: 


Orang yang di dalam (perjalanan - musafir), tetapi wajib di qada’.
Orang sakit, wajib di qada’.
Ibu yang menyusukan anak, jika takut mudharat bagi dirinya, maka wajib qada’ dan jika takut mudharat bagi anaknya maka wajib qada’ dan fidyah.

Pantang-larangan puasa: 


Yaitu perkara-perkara yang membatalkan  pahala puasa, maknanya berpuasa tidak mendapat apa-apa pahala kecuali lapar dan dahaga (puasa yang sia-sia).
1. Berdusta, berbohong.
2. Mengumpat, mengata orang.
3. Membuat sesuatu yang boleh mendatangkan permusuhan.
4. Melihat benda-benda yang mendatangkan keinginan.
5. Marah.


Read More - Sunnah-Sunnah Puasa

Cara menyambut bulan Ramadhan

Keutamaan menyambut  Ramadhan :

Dari Abu Hurairah r.a ia berkata: Rasulullah saw saat Ramadhan tiba bersabda: Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, Allah telah wajibkan atas kalian puasa di siang harinya, pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu, pada bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang terhalang dari kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang (H.R. Ahmad).

10 hal yg harus dilakukan menyambut Ramadhan :

Gembira akan kedatangan Ramadhan
Memperbanyak syukur kepada Allah SWT.
Memperbanyak doa
Tekad yang sungguh-sungguh untuk optimalisasi Ramadhan
Menyusun perencaan selama Ramadhan.
Pemahaman yang baik terhadap hukum-hukum Ramadhan.
Bertaubat
Pengkondisian jiwa dan ruhani
Persiapan dan perencaan yang baik untuk melakukan dakwah
Membuka lembaran putih bersama


Sumber :
http://sbastiancastleright.blogspot.com/2012/07/10-cara-menyambut-bulan-suci-ramadhan.html
Read More - Cara menyambut bulan Ramadhan

Sebuah Nasehat Untukmu, Kader Dakwah

“Perumpamaan kita dalam perjalanan dakwah ini ibarat berada dalam sebuah kapal kecil yang terkepung ombak dan badai dari berbagai penjuru.
 Bahtera yang menembus berbagai gelombang, seperti Dakwah yang harus melalui banyak rintangan. 
Kadang bahtera kita oleng ke kanan dan kadang oleng kekiri dengan hebatnya, sehingga kita yang berada didalamnya merasa khawatir dan gelisah. Lalu kita turunkan layar dan menggantinya dengan dayung.

Untuk itu kesulitan  dan perjuangan yang dihadapi lebih banyak, dan mungkin menyebabkan terlambat beberapa waktu untuk sampai ditujuan. Namun hal itu lebih baik daripada berhenti dan tidak pernah sampai. 

Terkadang sebuah kapal besar terpaksa berhenti total karena angin badai menghadang. Saat awak itu keluar menuju pantai, mereka mengikat tali pada tubuhnya, lalu ujung tali diikatkan pada kapal. Mereka bersama-sama menarik kapal itu sementara mereka berjalan menyusuri pantai. Cara ini tentu lebih sulit dan menguras tenaga daripada cara sebelumnya, tetapi ini cara darurat untuk mencapai tujuan, walaupun tentu menjadi terlambat beberapa waktu. 

Hanya dengan cara itu itulah yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.
Untuk itu perlu kesabaran, kearifan, dan tidak menggunakan berbagai alat yang nyeleneh, yang terkadang justru menggagalkan perjalanan …….”


(Imam Hasan Al Banna)             

Read More - Sebuah Nasehat Untukmu, Kader Dakwah

Kisah : Bilah bin Rabah

Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam, memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang sepanjang zaman.

Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda' (putra wanita hitam).

Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meinggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir.
Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung SAW mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu'minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, 'Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.

Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun.
Orang-orang Islam seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih memiliki keluarga dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang yang tertindas (mustadh'afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak memiliki siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.

Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.
Adakalanya, saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal-semoga Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.

Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad ... (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ....“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad....”
Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan 'Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”
Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.
Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Abthah2 Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad..., Ahad..., Ahad..., Ahad....” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.
Suatu ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan sembilan uqiyah emas1.
Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, "Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya."
Abu Bakar membalas, "Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya..."
Ketika Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar, "Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar."
Ash-Shiddiq Rodhiallahu ‘anhu menjawab, "Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah." Setelah Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, mereka segera berhijrah, termasuk Bilal Rodhiallahu ‘anhu.. Setibanya di Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan Abu Bakar dan 'Amir bin Fihr.

Bilal tinggal di Madinah dengan tenang dan jauh dari jangkauan orang-orang Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad Sholallahu ‘alaihi wasallam.. Bilal selalu mengikuti Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun beliau pergi. Selalu bersamanyma saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan RasulullahSholallahu ‘alaihi wasallam ibarat bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.

Ketika Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam.


Read More - Kisah : Bilah bin Rabah

Jangan membuat Allah kecewa dan cemburu

Dalam hidup kita sering dihadapkan dengan berbagai pilihan. Diantara ya dan tidak, diantara ini dan itu, diantara surga dan neraka. Hidup haruslah seimbang antara kepentingan kita di dunia dan akhirat. Akan tetapi jika diamati dan ditelaah, sekarang ini banyak yang lebih mementingkan kepentingan di dunia,kita lebih menuruti hawa nafsu belaka. Walaupun tidak diperbolehkan dalam agama tetapi tetap saja di langgar. Seakan-akan kita hidup hanya di dunia saja. Padahal hidup kita di dunia hanya sebentar. Mengapa kita tidak sadar akan hari akhir?

Allah menciptakan semuanya kemudian memerintahkan kita untuk bersujud, Tetapi apa yang kita lakukan? Apakah kita sudah bersujud kepada-Nya? sudahkah kita bersyukur? Bayangkan saja jika perintah kita tidak di laksanakan oleh seseorang! kecewakah kita? marahkah kita? lalu apakah kita pernah berfikir kalau Allah kecewa akan tingkah laku kita? Tingkah laku kita yang tidak taat kepada-Nya. Kita telah di beri nikmat yang sungguh luar biasa karena dapat menikmati indahnya dunia ini? Mana ucapan terimakasih kita kepada-Nya?Apa balasan kita kepada-Nya? Ya Allah ampuni hambamu ini yang sering khilaf akan kehidupan dunia yang fana ini.
 

Kita sering dan bahkan termotivasi hanya karena makhluk Allah, tetapi kita jarang termotivasi karena Allah. Tujuan dan hal-hal yang kita lakukan sering kali bukan semata-mata karena Allah, tetapi karena makhluk Allah. Apakah kita berfikir kalau Allah akan Cemburu? Jika kita dibuat cemburu oleh makhluk Allah yang lain, kita akan sakit hati, marah dan kecewa? Perasaan kita sudah tidak karuan. Lalu, pernahkan kita berfikir tentang-Nya?? Allah yang memberikan segalanya tetapi kita melupakannya. Berubah menjadi begini dan begitu hanya karena makhluk Allah. Kenapa tidak karena Allah???? Kita lebih memilih dia daripada Dia? Ya Allah ampuni hambamu ini. 

(Dikutip dari: http://loveallahrosul.blogspot.com)
Read More - Jangan membuat Allah kecewa dan cemburu